Thursday, January 14, 2010

Hidup umpama mimpi...



Kedamaian Yang Ku harapkan...



Kenaganku....

Dergarlah Rintahanku...

EPILOG SEORANG HAMBA

bila mentari bersinar terang
terpancar cahaya suria
memuji keagungan Tuhan Pencipta
menginsafi kedaifan
bila mentari menghilang diri
terbit pula kenangan lalu
tebujur ku pasrah
sedihku menyepi hanyut dalam arus berliku

oooooh Tuhanku yang Esa
ampunilah hambaMu
berikanlah ku kekuatan
mengharungi minnah Mu
ku pohon restu hidayah dariMu
rahmatilah hidupku
terimalah ooooh taubatku
penghapus segala dosaku
Ya Karim Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim
Ya Karim Ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim

deruan ombak menghempas pantai
bergelora dipukul badai
himpunan buih ditepian
ia tidak berkekalan
begitulah hidup manusia

bila mentari bersinar terang
terpancar cahaya suria
memuji keagungan Tuhan Pencipta
menginsafi kedaifan

bila mentari menghilang diri
terbit pula kenangan lalu
tertunduk ku pasrah sedihku menyepi
hanyut dalam arus berliku

ooooooh Tuhan... ku yang Esa
ampunilah hambaMu
berikanlah ku kekuatan mengharungi minnah Mu
ku pohon restu hidayat dariMu
rahmatilah hidupku
terimalah oh taubatku
penghapus segala dosaku.

Monday, January 4, 2010

Berhentilah Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau."

Tuesday, November 17, 2009

Info Diri....

Kenalkah anda dengan diri anda?


Sudahkah anda berpuas hati dengan apa yang anda miliki kini?


Adakah anda tahu bahawa diri individu itu bersifat unik?



Untuk pengetahuan anda,setiap daripada kita mempunyai perbezaan dari pelbagai sudut. pernahkah anda terfikir kenapa ada individu yang sanggup berenang merentasi lautan dalam, ada yang sanggup mendaki gunung yang tinggi tanpa menhiraukan keselamatan diri. Dan dalam situasi yang lain, ada individu yang hidupnya hanya di rumah, tidak keluar. Hanya menjalankan aktiviti-aktiviti berbentuk kesenian seperti melukis, menulis,menghias dan sebagainya.Semua ini sebenarnya memberi petunjuk kepada kita bahawa setiap daripada kita mempunyai perbezaan dari segi minat, kebolehan, bakat, keberanian dan lain-lain keperibadian yang mengambarkan bahawa kita tidak sama dengan individu lain.



Semua ini ada kaitan dengan PERSONALITI.



Blog Kaunseling


19 Nov 2009


Assalamualaikum dan salam sejahtera.


Akhirnya berjaya juga menghasilkan satu blog untuk memudahkan saya menyalurkan maklumat berkaitan kaunseling..di harap melalui blog ini sedikit sebanyak dapat membantu pelajar-pelajar khususnya dan masyarakat keseluruhan amnya mendapatkan maklumat berkaitan kaunseling dan kemanusiaan.Terima Kasih kepada Pensyarah En.Ab.Aziz Yatim atas tunjuk ajar yang diberikan.


Sekian..


Salam Satu Malaysia Buat Semua Yang Melayari Blog Ini.